Penjarah Paling Setia

author Dona

share news
share news

URL berhasil dicopy

share news
Seorang penjarah membawa bingkai foto Presiden dan Wakil Presiden dari dalam gedung yang dirusak massa saat kericuhan di Surabaya, Sabtu (30/8/2025) malam. (Sumber Foto: Julian)
Seorang penjarah membawa bingkai foto Presiden dan Wakil Presiden dari dalam gedung yang dirusak massa saat kericuhan di Surabaya, Sabtu (30/8/2025) malam. (Sumber Foto: Julian)

i

TUJUHPAGI.COM - Kerusuhan itu memuncak. Malam yang panas di Surabaya berubah jadi malam api. Gedung terbakar. Asap menutup langit. Orang-orang berteriak. Ada yang melempar batu. Ada yang menendang pintu. Ada pula yang hanya berlari tanpa arah.

Target kali ini bukan toko. Bukan minimarket. Bukan pula gudang logistik. Massa menyerbu kantor polisi.

Kantor yang biasanya tegak, gagah, simbol negara, malam itu runtuh wibawanya. Pagar jebol. Jendela pecah. Kursi dilempar ke jalan. Lemari dibongkar. Arsip bertebaran.

Dan di saat semua orang sibuk menjarah ada yang menggotong helm polisi, ada yang mengambil tongkat rotan, bahkan ada yang nekat menarik kursi kerja muncullah satu sosok yang justru berbeda.

RD, begitu ia memperkenalkan diri. Tidak lengkap. Hanya inisial.

Tubuhnya kurus. Menggunakan jaket hitam dan memakai pelindung kepala. Tapi matanya menatap lurus. Tangannya memeluk sesuatu yang tidak diincar siapa pun: bingkai foto.

Bukan foto pahlawan. Bukan juga foto lambang negara. Melainkan foto Presiden Prabowo bersama Wakil Presiden Gibran.
Kobaran api melahap Pos Polisi Tegal Sari, Surabaya, usai dirusak massa anarkis pada Sabtu malam (30/8/2025). (Sumber Foto : Julian)Kobaran api melahap Pos Polisi Tegal Sari, Surabaya, usai dirusak massa anarkis pada Sabtu malam (30/8/2025). (Sumber Foto : Julian)

RD mengangkat foto itu tinggi-tinggi. Ia melangkah keluar kantor polisi dengan wajah teguh.

Saya mendekat. Bertanya kenapa ia tidak mengambil barang lain. Mengapa bukan komputer, bukan motor dinas, bukan senjata sitaan yang katanya juga ada di ruangan itu.

Jawabnya sederhana. Bahkan terlalu sederhana: “Ini presidenku.”

Saya tercekat.

Dalam suasana kacau begitu, di tengah kerumunan orang yang rakus memburu barang-barang bernilai, ada seorang RD yang justru mengincar simbol.

Foto itu bukan benda mahal. Tidak bisa dijual. Tidak bisa ditukar dengan makanan. Bahkan orang mungkin menganggapnya tidak ada gunanya.

Tapi RD memilih itu.

Apakah itu tanda kesetiaan politik? Atau sekadar spontanitas di tengah amuk massa? Kita tidak tahu.

Namun jelas, RD ingin menunjukkan identitasnya. Bahwa di tengah api dan kerusuhan, ia masih ingin mengatakan: inilah presidenku, inilah wakilku.

Orang lain menjarah untuk perut. Ia menjarah untuk hati.

Mungkin bagi banyak orang RD tampak konyol. Tapi justru karena itu, kisahnya unik. Dari puluhan orang yang menjarah malam itu, hanya satu yang membawa pulang cerita yang akan tetap diingat.

Saya bisa membayangkan bertahun-tahun nanti. Orang akan lupa siapa yang menjarah helm polisi, siapa yang menggotong kursi, siapa yang merusak kaca.

Tapi orang akan tetap mengingat ada seorang RD yang keluar dari kantor polisi sambil mengangkat bingkai foto presiden.

Kerusuhan selalu meninggalkan luka. Tapi juga kadang, meninggalkan anekdot.

Dan anekdot itu adalah RD.

Berita Terbaru

Fast Fashion: Murah, Cepat, Tapi Bikin Bumi Sakit

Fast Fashion: Murah, Cepat, Tapi Bikin Bumi Sakit

Kamis, 28 Agu 2025 13:08 WIB

Kamis, 28 Agu 2025 13:08 WIB

Koleksi baru keluar dalam hitungan minggu. Harga ditekan serendah mungkin. Konsumen dimanjakan.  …

Rumah Literasi Digital: Jagongan di Tengah Bisingnya Zaman

Rumah Literasi Digital: Jagongan di Tengah Bisingnya Zaman

Selasa, 26 Agu 2025 22:53 WIB

Selasa, 26 Agu 2025 22:53 WIB

Jurnalis tak lagi sekadar penulis berita. Kini, mereka diharapkan menjadi penghubung—antara dunia yang riuh dan masyarakat yang haus penjelasan.…

Secangkir Kopi di Cafe Megumi RS Primaya Bekasi Barat

Secangkir Kopi di Cafe Megumi RS Primaya Bekasi Barat

Selasa, 26 Agu 2025 12:12 WIB

Selasa, 26 Agu 2025 12:12 WIB

Cafe Megumi bukan sekadar tempat ngopi, tetapi ruang yang menghadirkan harapan dan kenyamanan di tengah suasana rumah sakit.…

Tebar Kepedulian, PNM Cabang Surabaya Bersama Baitul Maal Madani Hadirkan Santunan bagi Anak Yatim

Tebar Kepedulian, PNM Cabang Surabaya Bersama Baitul Maal Madani Hadirkan Santunan bagi Anak Yatim

Sabtu, 16 Agu 2025 22:37 WIB

Sabtu, 16 Agu 2025 22:37 WIB

Dalam setiap langkah dan senyuman yang lahir dari kepedulian ini, tersimpan cerita tentang dunia yang masih bisa dirajut dengan benang-benang kasih dan perhatia…

Kereta Api dan Cerita di Balik Perjalanan Menjelang Kemerdekaan ke-80

Kereta Api dan Cerita di Balik Perjalanan Menjelang Kemerdekaan ke-80

Jumat, 15 Agu 2025 13:46 WIB

Jumat, 15 Agu 2025 13:46 WIB

Di tengah lonjakan penumpang yang mencapai puluhan ribu, kereta api menjadi ruang hidup yang menghubungkan kota-kota, keluarga, dan cerita-cerita yang tak terhi…

Kail, Air, dan Kehidupan: Filosofi Memancing ala Gede

Kail, Air, dan Kehidupan: Filosofi Memancing ala Gede

Jumat, 15 Agu 2025 09:34 WIB

Jumat, 15 Agu 2025 09:34 WIB

TUJUHPAGI - Hobi memancing itu bukan sekadar melempar kail ke air. Lebih dari itu, ia adalah pelarian dari kebisingan dunia, tempat di mana jiwa bisa bernapas…