Tujuhpagi.com – Ribuan umat Katolik Keuskupan Surabaya masih merasakan duka mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus. Pada Selasa sore (24/4/2025), umat Katolik berkumpul untuk mengikuti misa requiem di Gereja Hati Kudus Yesus, Surabaya, sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Misa yang dimulai pukul 18.00 WIB ini tidak hanya dihadiri oleh umat Katolik. Bangku gereja juga dipenuhi oleh tokoh lintas agama, menciptakan suasana teduh dan toleransi antarumat beragama. Kehadiran mereka merupakan simbol solidaritas dan keberagaman dalam menyampaikan bela sungkawa kepada pemimpin umat Katolik sedunia.
Suasana hening penuh kekhidmatan dalam doa lintas Iman

Dalam suasana hening penuh kekhidmatan, doa dan pujian mengisi setiap sudut gereja. Umat merefleksikan sosok Paus Fransiskus sebagai teladan perdamaian antar manusia. Uskup Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo, yang memimpin misa, menyampaikan pesan mendalam atas wafatnya Paus ke-266 ini.
"Saudara-saudari yang terkasih, seperti Maria Magdalena yang pergi pagi-pagi ke kubur Yesus, Paus Fransiskus pun telah kembali kepada Tuhan. Harapan kita, dia bangkit bersama Tuhan dan mendapatkan kedamaian abadi di Surga," ujar Uskup.
Uskup Agustinus juga menekankan bahwa kehadiran tokoh lintas agama dalam misa merupakan wujud persaudaraan. Hal ini sesuai dengan harapan Paus Fransiskus yang selalu menginginkan perdamaian dan persatuan antarumat beragama.
Aktivis lintas iman meletakkan bunga mawar putih sebagai ungkapan duka

Rasa kehilangan tidak hanya dirasakan oleh umat Katolik. Rita Wahyu Wulandari, perwakilan dari agama Kristen, menyatakan pentingnya memberikan penghormatan terakhir kepada pemimpin Gereja Katolik ini. Menurutnya, Paus Fransiskus adalah sosok yang merangkul semua elemen masyarakat dan peduli terhadap kaum marjinal serta menggandeng seluruh umat beragama.
"Paus Fransiskus telah mewujudkan semangat konsili Vatikan II, membuat umat Kristen menjadi satu. Ini adalah kesatuan yang kita rindukan," tambahnya.
Uskup Agustinus mengapresiasi kehadiran para tokoh lintas iman yang menunjukkan bahwa tokoh agama tidak hanya milik satu agama, tetapi juga milik seluruh umat manusia. "Dia adalah Bapak bagi semua orang. Jadi, dia adalah milik semua orang," ujarnya. (RR)
Editor : Ardhia