TUJUHPAGI - Meminum kopi sembari membayangkan sosok-sosok ternama bisa mengundang rasa kagum dan antusiasme. Di Warkop Samiroto, pengalaman ini semakin berkesan berkat kehadiran buku-buku karya penulis, baik mancanegara maupun Indonesia.
Terletak strategis di Jalan Kepanjen, dekat Kota Lama Surabaya, warung kopi ini memiliki luas tak lebih dari 6x5 meter, tetapi menyuguhkan suasana yang jauh dari bising gawai modern. Di sini, jarang ditemui orang berteriak-teriak atau larut dalam dunia gim; yang ada hanyalah mereka yang berkumpul untuk secangkir kopi.
Dengan harga Rp 5.000 per cangkir, warkop ini menawarkan kehangatan yang melampaui sekadar rasa. Kedamaian menjadi menu andalan, menyatu dalam kehidupan sehari-hari.
Suasana yang Menawan di Warkop Samiroto
Tempat ini, dengan meja-meja persegi dan kursi panjangnya, menjadi oase bagi mereka yang mencari pelarian dari kesibukan dunia. Di tengah-tengah percakapan politik, sosial, dan ekonomi, setiap pengunjung dapat larut dalam kesunyian yang menenangkan. Ratusan buku tertata rapi di sudut warkop, siap dibaca layaknya di perpustakaan mini.Mini Perpustakaan: Benih Literasi yang Tumbuh
Inisiatif ini datang dari pemiliknya, Darius Tris Sutrisno, atau Tri, yang menjadikan Warkop Samiroto unik. Menyatukan kopi dan literasi, Tri menggratiskan penggunaan perpustakaan mini ini. "Iya, mas, saya sediakan mini perpustakaan ini supaya orang-orang yang nongkrong bisa baca buku," ungkap Tri.Tantangan Media Sosial dan Pentingnya Membaca
Sejak 2016, koleksi pribadi dan sumbangan buku menghiasi rak-rak Warkop Samiroto. Dedikasi Tri terlihat dalam usahanya membangkitkan budaya membaca di kalangan muda, di tengah dominasi media sosial yang seringkali dangkal. "Membaca artikel singkat di sosmed bukanlah membaca yang sesungguhnya," ujarnya. Suzana Suharti, atau yang biasa dipanggil tante Neneng sibuk menata makanan di Warkop Samiroto, Jalan Kepanjen, Surabaya. (Foto: Robertus Risky)
Respon Positif dari Pelanggan
Ignasius Billy (24) adalah salah satu pengunjung yang merasakan perbedaan di Warkop Samiroto. "Ini pengalaman ngopi yang menarik, lebih tenang tanpa kebisingan suara," ujarnya. Suasana hening dan intim mengundang setiap orang untuk berdiskusi mendalam, menjadikan momen ngopi sebagai kesempatan perjalanan yang menenangkan.
Lebih dari Sekadar Menyeruput Kopi
Tak hanya memuaskan dahaga akan kafein, Warkop Samiroto mengisi kekosongan jiwa pengunjung, membuat setiap pengunjung merasa ‘kenyang’ — baik secara fisik maupun intelektual. Di tengah arus kehidupan praktis, warkop ini menolak menjadi bagian dari tren warung eksklusif dan berpegang pada kesederhanaan yang membahagiakan dan mencerdaskan. Tempat ini mengundang nostalgia, mengingatkan kita pada hakikat kebersamaan dalam keheningan dan perbincangan hangat bersama secangkir kopi. (RR)Editor : Ardhia