Warkop Samiroto: Tempat Ngopi, Membaca, dan Menghayati Ketulusan ala Surabaya

author Ardhia

share news
share news

URL berhasil dicopy

share news
Darius Tris Sutrisno, Pemilik Warkop Samiroto, berdiri di depan perpustakaan kecil di warkopnya. (Foto : Robertus Risky)
Darius Tris Sutrisno, Pemilik Warkop Samiroto, berdiri di depan perpustakaan kecil di warkopnya. (Foto : Robertus Risky)

i

TUJUHPAGI - Meminum kopi sembari membayangkan sosok-sosok ternama bisa mengundang rasa kagum dan antusiasme. Di Warkop Samiroto, pengalaman ini semakin berkesan berkat kehadiran buku-buku karya penulis, baik mancanegara maupun Indonesia.

Terletak strategis di Jalan Kepanjen, dekat Kota Lama Surabaya, warung kopi ini memiliki luas tak lebih dari 6x5 meter, tetapi menyuguhkan suasana yang jauh dari bising gawai modern. Di sini, jarang ditemui orang berteriak-teriak atau larut dalam dunia gim; yang ada hanyalah mereka yang berkumpul untuk secangkir kopi.

Dengan harga Rp 5.000 per cangkir, warkop ini menawarkan kehangatan yang melampaui sekadar rasa. Kedamaian menjadi menu andalan, menyatu dalam kehidupan sehari-hari.

Suasana yang Menawan di Warkop Samiroto

Tempat ini, dengan meja-meja persegi dan kursi panjangnya, menjadi oase bagi mereka yang mencari pelarian dari kesibukan dunia. Di tengah-tengah percakapan politik, sosial, dan ekonomi, setiap pengunjung dapat larut dalam kesunyian yang menenangkan. Ratusan buku tertata rapi di sudut warkop, siap dibaca layaknya di perpustakaan mini.

Mini Perpustakaan: Benih Literasi yang Tumbuh

Inisiatif ini datang dari pemiliknya, Darius Tris Sutrisno, atau Tri, yang menjadikan Warkop Samiroto unik. Menyatukan kopi dan literasi, Tri menggratiskan penggunaan perpustakaan mini ini. "Iya, mas, saya sediakan mini perpustakaan ini supaya orang-orang yang nongkrong bisa baca buku," ungkap Tri.

Tantangan Media Sosial dan Pentingnya Membaca

Sejak 2016, koleksi pribadi dan sumbangan buku menghiasi rak-rak Warkop Samiroto. Dedikasi Tri terlihat dalam usahanya membangkitkan budaya membaca di kalangan muda, di tengah dominasi media sosial yang seringkali dangkal. "Membaca artikel singkat di sosmed bukanlah membaca yang sesungguhnya," ujarnya.

Suzana Suharti, atau  yang biasa dipanggil tante Neneng sibuk menata makanan di Warkop Samiroto, Jalan Kepanjen, Surabaya. (Foto: Robertus Risky)

Respon Positif dari Pelanggan

Ignasius Billy (24) adalah salah satu pengunjung yang merasakan perbedaan di Warkop Samiroto. "Ini pengalaman ngopi yang menarik, lebih tenang tanpa kebisingan suara," ujarnya. Suasana hening dan intim mengundang setiap orang untuk berdiskusi mendalam, menjadikan momen ngopi sebagai kesempatan perjalanan yang menenangkan.

Lebih dari Sekadar Menyeruput Kopi

Tak hanya memuaskan dahaga akan kafein, Warkop Samiroto mengisi kekosongan jiwa pengunjung, membuat setiap pengunjung merasa ‘kenyang’ — baik secara fisik maupun intelektual. Di tengah arus kehidupan praktis, warkop ini menolak menjadi bagian dari tren warung eksklusif dan berpegang pada kesederhanaan yang membahagiakan dan mencerdaskan. Tempat ini mengundang nostalgia, mengingatkan kita pada hakikat kebersamaan dalam keheningan dan perbincangan hangat bersama secangkir kopi. (RR)

Berita Terbaru

Setan di Tengah Kota

Setan di Tengah Kota

Sabtu, 26 Jul 2025 07:51 WIB

Sabtu, 26 Jul 2025 07:51 WIB

TUJUHPAGI - Saya masuk. Bersama tujuh orang lain. Satu pura-pura berani. Satu lagi benar-benar penakut. Sisanya? Tidak jelas. Mungkin hanya ikut-ikutan. Atau,…

Kelas Menengah Kian Menyusut, Kesejahteraan Bangsa Ikut Surut

Kelas Menengah Kian Menyusut, Kesejahteraan Bangsa Ikut Surut

Jumat, 25 Jul 2025 22:34 WIB

Jumat, 25 Jul 2025 22:34 WIB

TUJUHPAGI - Kelas menengah Indonesia sedang turun gunung. Bukan, bukan turun untuk piknik. Tapi benar-benar turun kelas. Data BPS terbaru: jumlah kelas…

Benowo Mengeluh, Udara Tak Lagi Utuh

Benowo Mengeluh, Udara Tak Lagi Utuh

Jumat, 25 Jul 2025 06:24 WIB

Jumat, 25 Jul 2025 06:24 WIB

TUJUHPAGI - Benowo, Surabaya. Di sini, listrik menyala dari sampah. Tapi, di balik gemerlap lampu-lampu itu, ada nafas yang tersengal. Saya ingat, di masa…

Rojali: Harapan Rekreasi di Tengah Lesunya Transaksi

Rojali: Harapan Rekreasi di Tengah Lesunya Transaksi

Kamis, 24 Jul 2025 21:47 WIB

Kamis, 24 Jul 2025 21:47 WIB

TUJUHPAGI - Fenomena mal yang ramai pengunjung namun tenan sepi pembeli kini menjadi pemandangan lumrah di banyak kota besar. Di dalam toko dan tenan, para…

Suara Anak Kampung dari Gang-Gang Surabaya: Saatnya Berani Berkarya, Berani Bersuara, Perjuangkan Asa

Suara Anak Kampung dari Gang-Gang Surabaya: Saatnya Berani Berkarya, Berani Bersuara, Perjuangkan Asa

Rabu, 23 Jul 2025 19:07 WIB

Rabu, 23 Jul 2025 19:07 WIB

TUJUHPAGI - Hari itu, Minggu pagi, Surabaya belum sepenuhnya bangun. Tapi di sudut-sudut kampung, di gang-gang sempit yang kadang luput dari peta pembangunan, …

Raih Mimpi Setinggi Langit, Ciptakan Asa: Anak-anak Sanggar Merah Merdeka

Raih Mimpi Setinggi Langit, Ciptakan Asa: Anak-anak Sanggar Merah Merdeka

Minggu, 20 Jul 2025 03:38 WIB

Minggu, 20 Jul 2025 03:38 WIB

Tujuhpagi.com- Saya ingat satu kalimat dari Ki Hajar Dewantara. Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun…