Tembakau, Simbol Kehidupan dan Kebanggaan Temanggung

author Ardhia

share news
share news

URL berhasil dicopy

share news
Setiap tahun, sekitar 12.000 ton tembakau Temanggung dihasilkan. (Foto: Hananto Wibisono)
Setiap tahun, sekitar 12.000 ton tembakau Temanggung dihasilkan. (Foto: Hananto Wibisono)

i

Tujuhpagi.com - Temanggung, sebuah kabupaten di Jawa Tengah, memiliki hubungan erat dengan tanaman tembakau yang tumbuh subur di daerah ini. Bagi masyarakat Temanggung, tembakau bukan sekadar komoditas pertanian. Ia adalah bagian dari identitas budaya dan ekonomi yang telah mengakar kuat.

Tulang Punggung Ekonomi Lokal

Di hampir setiap kecamatan di Temanggung, petani menanam tembakau dengan penuh harapan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS Kabupaten Temanggung, 2021), setiap tahun, sekitar 12.000 ton tembakau dihasilkan, menyumbang hingga 80% pendapatan bagi banyak keluarga petani. Varietas yang dihasilkan, seperti Kemloko dan Sindoro, dikenal luas karena kualitasnya yang unggul dan sangat diminati oleh industri rokok nasional. Setiap daun tembakau yang dipanen bukan hanya hasil kerja keras, tetapi juga sumber kebanggaan bagi mereka yang mengolahnya.

Warisan Budaya dan Identitas Kolektif

Hasil Panen tembakau Temanggung yang dihasilkan, menyumbang hingga 80% pendapatan bagi banyak keluarga petani.(Foto: Hananto Wibisono)

Menurut Pemerhati ekositem tembakau, Hananto Wibisono, tembakau  tidak hanya sekadar tanaman; ia adalah bagian dari jiwa masyarakat Temanggung. Tradisi "wiwitan," sebuah doa bersama menjelang panen, menggambarkan nilai spiritual dan kebersamaan di tengah komunitas petani. Di banyak hati, tembakau dikenang sebagai "tanaman para wali" atau "emas hijau," simbol dari kekayaan dan kedudukan yang sakral dalam kehidupan mereka.

Sumber Kesejahteraan dan Kebersamaan

Hananto menambahkan, bagi para petani, kesejahteraan tidak hanya diukur dari materi. Keharmonisan sosial, hubungan erat dengan alam, dan tradisi gotong royong menciptakan rasa kebersamaan yang memperkaya batin. Di tengah tantangan ekonomi, inilah sumber kebahagiaan yang sesungguhnya bagi mereka.

"Tembakau di Temanggung bukan hanya komoditas; ini adalah bagian integral dari ekosistem sosial dan budaya masyarakat. Keberlanjutan ekosistem ini perlu dijaga agar manfaatnya juga dirasakan oleh generasi mendatang."

Tidak dapat dipungkiri, para petani tembakau menghadapi tantangan besar seperti fluktuasi harga dan kebijakan yang kerap tidak berpihak. Namun, mereka tetap tegar, terus mempertahankan tradisi bertani dan memperjuangkan hak mereka melalui berbagai gerakan sosial. Ketahanan mereka adalah inspirasi bagi banyak orang.

Kontribusi Ekonomi dan Lapangan Kerja

Hasil Panen tembakau Temanggung yang dihasilkan, menyumbang hingga 80% pendapatan bagi banyak keluarga petani.(Foto: Hananto Wibisono)

Tidak hanya terbatas pada sektor pertanian, budidaya tembakau juga membuka lapangan kerja di bidang pengolahan dan perdagangan. Dampak ekonominya terasa luas, menggerakkan roda perekonomian masyarakat Temanggung dan sekitarnya. Tembakau, bagi mereka, adalah simbol kehidupan yang terus memberikan nafas bagi banyak orang.

Harapan dan Potensi Masa Depan

Di tengah segala tantangan yang menghadang, tembakau Temanggung masih menyimpan potensi luar biasa. Dari segi kualitas, ekonomi, hingga pariwisata budaya, masa depan tembakau di kabupaten ini penuh harapan. Dengan pengelolaan yang bijak, tembakau bisa terus menjadi kebanggaan dan sumber kehidupan bagi masyarakat Temanggung.

Di setiap helai daun tembakau tertanam kerja keras, tradisi, dan cita-cita masyarakat Temanggung. Dan selama ada tekad untuk menjaga dan melestarikannya, tembakau akan terus menjadi cerita yang hidup dalam jiwa mereka. (AP)

Berita Terbaru

Setan di Tengah Kota

Setan di Tengah Kota

Sabtu, 26 Jul 2025 07:51 WIB

Sabtu, 26 Jul 2025 07:51 WIB

TUJUHPAGI - Saya masuk. Bersama tujuh orang lain. Satu pura-pura berani. Satu lagi benar-benar penakut. Sisanya? Tidak jelas. Mungkin hanya ikut-ikutan. Atau,…

Kelas Menengah Kian Menyusut, Kesejahteraan Bangsa Ikut Surut

Kelas Menengah Kian Menyusut, Kesejahteraan Bangsa Ikut Surut

Jumat, 25 Jul 2025 22:34 WIB

Jumat, 25 Jul 2025 22:34 WIB

TUJUHPAGI - Kelas menengah Indonesia sedang turun gunung. Bukan, bukan turun untuk piknik. Tapi benar-benar turun kelas. Data BPS terbaru: jumlah kelas…

Benowo Mengeluh, Udara Tak Lagi Utuh

Benowo Mengeluh, Udara Tak Lagi Utuh

Jumat, 25 Jul 2025 06:24 WIB

Jumat, 25 Jul 2025 06:24 WIB

TUJUHPAGI - Benowo, Surabaya. Di sini, listrik menyala dari sampah. Tapi, di balik gemerlap lampu-lampu itu, ada nafas yang tersengal. Saya ingat, di masa…

Rojali: Harapan Rekreasi di Tengah Lesunya Transaksi

Rojali: Harapan Rekreasi di Tengah Lesunya Transaksi

Kamis, 24 Jul 2025 21:47 WIB

Kamis, 24 Jul 2025 21:47 WIB

TUJUHPAGI - Fenomena mal yang ramai pengunjung namun tenan sepi pembeli kini menjadi pemandangan lumrah di banyak kota besar. Di dalam toko dan tenan, para…

Suara Anak Kampung dari Gang-Gang Surabaya: Saatnya Berani Berkarya, Berani Bersuara, Perjuangkan Asa

Suara Anak Kampung dari Gang-Gang Surabaya: Saatnya Berani Berkarya, Berani Bersuara, Perjuangkan Asa

Rabu, 23 Jul 2025 19:07 WIB

Rabu, 23 Jul 2025 19:07 WIB

TUJUHPAGI - Hari itu, Minggu pagi, Surabaya belum sepenuhnya bangun. Tapi di sudut-sudut kampung, di gang-gang sempit yang kadang luput dari peta pembangunan, …

Raih Mimpi Setinggi Langit, Ciptakan Asa: Anak-anak Sanggar Merah Merdeka

Raih Mimpi Setinggi Langit, Ciptakan Asa: Anak-anak Sanggar Merah Merdeka

Minggu, 20 Jul 2025 03:38 WIB

Minggu, 20 Jul 2025 03:38 WIB

Tujuhpagi.com- Saya ingat satu kalimat dari Ki Hajar Dewantara. Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun…