Yoga, Sebuah Jembatan Sunyi di Tengah Riuh Dunia

Reporter : Ardhia

Foto-foto :Lela Latifa untuk tujuhpagi.com


Tujuhpagi—Tepat hari ini, Jumat, 21 Juni 2025, dunia sejenak berhenti untuk merayakan Hari Yoga Sedunia—sebuah peringatan yang tak sekadar ritual, melainkan panggilan untuk kembali menyatu dengan tubuh, jiwa, dan bumi.

Yoga, kata yang lahir dari rahim bahasa Sanskerta, bermakna “penyatuan”. Namun, di balik satu kata itu, tersimpan filosofi luas: upaya merangkul harmoni antara tubuh dan pikiran, antara manusia dan semesta. Tahun ini, tema “Yoga for One Earth, One Health” menggema dari India hingga ke penjuru dunia, mengajak manusia merenungi betapa eratnya benang merah antara kesehatan pribadi dan kelestarian bumi.

Di Surabaya, Lela Latifa—pendiri Konco Yoga—menyuarakan makna yoga yang kerap luput dari sorotan. “Yoga bukan sekadar mencari keringat hingga gobyos,” ujarnya kepada tujuhpagi.com, Sabtu (21/6/2025).

“Seringkali, yoga disalahpahami sebagai olahraga orang muda yang lentur, yang bisa berpose indah. Padahal, yoga adalah ruang bagi siapa saja—tua, muda, laki-laki, perempuan, apa pun bentuk tubuhnya.”

Lela menekankan, yoga memang menyehatkan fisik, namun lebih dari itu, ia menyejukkan mental dan menumbuhkan spiritualitas.

“Di tengah hiruk-pikuk kota, yoga mengajarkan kita untuk hadir, untuk benar-benar merasakan napas, gerak, dan detak hati. Ia mengajak kita berdamai dengan diri sendiri, sesuatu yang kian langka di zaman multitasking ini.”

Dari Sidang PBB ke Matras di Sudut Kota

Sejarah Hari Yoga Sedunia bermula dari pidato Perdana Menteri India, Narendra Modi, di hadapan Sidang Umum PBB ke-69. Ia menyebut yoga sebagai “hadiah tak ternilai dari tradisi kuno kita”—sebuah pendekatan holistik untuk kesehatan dan kesejahteraan.

Gagasan itu disambut dunia: pada 11 Desember 2014, Majelis Umum PBB menetapkan 21 Juni sebagai Hari Yoga Internasional, didukung 175 negara—salah satu dukungan terbanyak dalam sejarah resolusi PBB.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menegaskan, yoga adalah salah satu cara untuk menekan risiko penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes, dan kanker.

Namun, lebih dari sekadar statistik, yoga adalah jembatan sunyi yang menghubungkan manusia dengan dirinya, dan dengan bumi yang dipijak.

Makna yang Melampaui Gerakan

Seperti diungkapkan B.K.S. Iyengar, tokoh yoga dunia, “Yoga membina cara mempertahankan sikap seimbang dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan keterampilan dalam menjalankan tindakan kita.”

Yoga bukan sekadar urusan pose atau pernapasan; ia adalah seni hidup, panduan untuk menghadapi badai dengan ketenangan, untuk menapaki hari dengan keberanian.

Lela Latifa menambahkan, “Melalui yoga, kita belajar merawat diri, namun juga diajak peduli pada lingkungan dan komunitas. Semangat Vasudhaiva Kutumbakam—dunia adalah satu keluarga—menjadi inti pesan yoga tahun ini.”

Yoga: Pengingat Sunyi di Tengah Deru Zaman

Hari Yoga Sedunia bukanlah sekadar perayaan tahunan. Ia adalah pengingat, bahwa di tengah dunia yang berlari kencang, manusia masih bisa menemukan keheningan, keseimbangan, dan harmoni. Dengan menjadikan yoga sebagai bagian dari rutinitas, kita tidak hanya menjaga diri tetap sehat, tetapi juga turut menjaga bumi tetap lestari.

Di setiap tarikan dan hembusan napas, di antara sunyi dan riuh, yoga mengajarkan satu hal: bahwa menyatu dengan diri sendiri adalah langkah pertama untuk menyatu dengan bumi. Dan mungkin, di situlah letak kebijaksanaan yang telah diwariskan ribuan tahun—dan kini, menjadi lentera di tengah gelapnya zaman.

Editor : Ardhia

Liputan
Berita Populer
Berita Terbaru