Dari Botol Kecil Yogyakarta, Bau Indonesia Menyebar

Reporter : Ardhia
Apt. Amanda Noor Gitadhamayanti, S. farm, Pendiri Sandika Natural Class. (Foto: Patrick)

TUJUH PAGI - Saya pikir ini hanya soal wangi. Ternyata ini soal harga diri bangsa. Apt. Amanda Noor Gitadhamayanti, S. farm, seorang perempuan Klaten yang kalem, tidak sedang menjual parfum. Ia sedang mempersiapkan perang. Perang aroma. Lawan kita: produk luar negeri. Senjatanya: kayu manis. Kelapa. Serai. Tempat latihannya: dapur kecil. Namanya Sandika Natural Class.

Saya datang ke kelasnya. Tak ada meja formal. Hanya ada proyektor, botol-botol kecil, dan peserta yang matanya bersinar-sinar. Mayoritas perempuan. Ibu rumah tangga, mahasiswi. Sebagian lagi, pengangguran kreatif.

“Kita belajar dari bahan mentah sampai produk jadi. Kita racik, branding dan foto, kemudian pasarkan,” kata Amanda sambil menunjukan cinnamon oil ke saya.

Baunya hangat. Manis. Tidak menyengat. Tapi seperti membangunkan masa lalu waktu kita masih percaya bahwa Indonesia kaya raya. Amanda tidak bicara besar. Tapi rencananya besar. Ia ingin Yogyakarta jadi pusat aroma terapi nusantara.

“Kita ini penghasil bahan alami. Tapi justru jadi penonton. Kita kirim bahan mentah ke luar, lalu kita beli lagi dengan harga sepuluh kali lipat,” katanya. Saya diam. Tidak bisa membantah.

Sandika Natural Class

Kelas Amanda bukan hanya soal racikan minyak. Tapi soal keberanian. Ia ajari peserta menulis merek. Membuat label. Menghitung harga jual. Bahkan memahami istilah asing seperti COA—Certificate of Analysis, dokumen laboratorium agar produk kita sah dijual.

“Kalau produknya masih bahan mentah, minimal harus punya COA. Nanti kita bantu juga kalau mau naik ke BPOM dan sertifikasi halal,” katanya.

Salah satu peserta, Nisa dari Ambarawa, datang karena penasaran. “Awalnya cuma ingin tahu. Tapi sekarang kepikiran, kalau ini bisa jadi bisnis?” katanya sambil mencium kertas aroma yang ia racik sendiri. Saya lihat tangannya gemetar. Tapi matanya yakin. Dari dapur Amanda ini, saya mencium aroma yang lebih besar dari kayu manis: semangat berdikari.

Bahwa ternyata untuk membangun ekonomi Indonesia, kadang tidak perlu start-up. Tidak perlu investor miliaran. Cukup satu meja, satu botol kecil, dan satu mimpi yang tidak gampang padam.

Saya tidak tahu apakah Amanda akan sukses seperti The Body Shop. Tapi saya tahu satu hal: dari botol kecil itulah, bau Indonesia mulai menyebar. (RD)

Editor : Ardhia

Liputan
Berita Populer
Berita Terbaru