Kopi Pantura: Cerita Kehidupan di Warung Kopi Pantai Utara Tuban

Reporter : Ardhia
Suasana warung kopi malam di Pantura Tuban. (Foto:Yulian)

TUJUHPAGI.COM - Senja baru saja turun di pesisir Pantai Utara (Pantura) Tuban. Di sepanjang jalanan pasir yang basah, muncul warung kopi sederhana dengan lampu-lampu redup. Salah satunya adalah warung kopi milik Mila (nama samaran, 23 tahun), yang siap menyambut pelanggan sejak sore hari.

Ritual Malam di Warung Kopi Tuban

Mila mulai menata tikar plastik, termos air panas, dan stoples berisi kopi sachet dan camilan ringan sejak pukul lima sore. "Kopi Pantura biasanya ramai mulai jam tujuh malam," ujar Mila. Pelanggannya adalah nelayan dan sopir truk yang memanfaatkan waktu istirahatnya.

Di Balik Cangkir Kopi Pantura

Aktivitas ini lebih dari sekadar jualan kopi, di balik setiap cangkir, terdapat cerita perjuangan hidup dan harapan. Selain menjual kopi, beberapa penjual termasuk Mila mencari tambahan penghasilan dengan pekerjaan lain. "Kebanyakan di sini double job," akunya.

Realitas Kehidupan Malam di Pantura Tuban

Tak jauh dari warung-warung ini, ada lokalisasi tua yang tetap aktif meski sering ditutup oleh pemerintah. Aktivitas di sana bergeser dalam bentuk yang lebih tersembunyi.

Tantangan Ekonomi di Pinggir Pantai

Sejak terkena PHK semasa pandemi, Mila memilih berjualan kopi untuk bertahan hidup. Dengan pendapatan harian sekitar Rp 250.000 - Rp 300.000, Mila berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya. "Kalau malam sepi, saya harus mencari tambahan," katanya di tengah deru ombak.

Warung kopi Pantura di pesisir Pantai Utara Tuban pada malam hari. (Foto: Yulian)

Jaringan Solidaritas Penjual Kopi

Para penjual kopi di Tuban saling menjaga dan berbagi informasi penting tentang patroli polisi atau pelanggan yang mencurigakan. "Di sini, penting untuk punya teman," ujar Mila, menekankan pentingnya kebersamaan.

Harapan di Bawah Lampu Remang

Meskipun keras, kehidupan di Pantura menyimpan impian. Mila berharap bisa membuka warung makan kecil suatu hari nanti. "Pingin punya tempat sendiri, nggak terus di pinggir jalan," tuturnya sambil menatap jauh ke depan.

Akhir Malam di Kopi Pantura

Truk-truk berat berlalu, membawa cerita yang tak pernah sampai ke meja-meja kopi. Warung Mila terus mengepul hingga malam larut di sepanjang Pantai Utara Tuban. (RD)

Editor : Ardhia

Liputan
Berita Populer
Berita Terbaru