Ultimatum Wali Kota Surabaya pada Camat: Tingkatkan Kinerja atau Siap Angkat Koper!

tujuhpagi.co
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, mengultimatum para camat di Surabaya dalam rapat kerja di Balai kota Surabaya, Jumat (14/3/2025).

Tujuhpagi.com - Ada kabar kurang sedap buat para camat di Surabaya. Wali Kota Eri Cahyadi baru saja melayangkan ultimatum yang bikin suasana rapat di Balai Kota mendadak sepanas siang bolong di Jalan Tunjungan. Intinya simpel: kalau warga masih sering ngadu langsung ke wali kota, berarti camatnya enggak becus kerja. Dan kalau enggak becus kerja? Ya, siap-siap cari pekerjaan lain.

"Camat itu pemimpin wilayah, bukan admin kelurahan. Kalau ada masalah di kecamatan dan malah saya yang turun tangan, berarti ada yang salah. Kalau warga lebih percaya ke saya, camatnya ngapain aja?" Kata Eri saat pertemuan para camat Jumat (14/3/2025) di Surabaya.

Bukan hanya soal keluhan warga yang tak terselesaikan, Eri juga menekankan pentingnya camat memahami angka-angka sosial di wilayahnya. Misalnya, tingkat kemiskinan, pengangguran, dan balita stunting. Ini bukan sekadar bahan laporan tahunan, tapi harus jadi panduan untuk bikin solusi konkret.

"Jangan cuma hafal angka buat bahan pidato! Warga nganggur itu bukan angka, mereka butuh kerjaan. Balita stunting itu bukan statistik, mereka butuh makan!" katanya,  saat di balai kota Surabaya. Suaranya terdengar santai namun memberikan pesan tegas, sambal sekilas menatap tajam kearah camat yang mungkin tampak melamun.

Kos-Kosan Liar dan Tugas Camat yang Makin Berwarna

Selain urusan sosial, Eri juga menyoroti maraknya rumah kos tak terdata. Bukan cuma berpotensi jadi tempat nongkrong penghuni misterius, tapi juga bisa bikin ribet kalau ada kejadian yang butuh pendataan cepat.

"Saya tidak mau dengar ada kos-kosan ilegal! Kalau ada apa-apa, bagaimana kita lacak penghuninya? Ini bukan film mata-mata yang orang bisa hilang begitu saja," katanya sambil menjelaskan perbedaan antara izin kos harian dan bulanan dengan tegas.

Tak hanya mengatur ketertiban, para camat diminta untuk mempertimbangkan ide-ide kreatif dalam mengatasi masalah ekonomi warga. Misalnya, ketika menghadapi warga yang menganggur, mengapa tidak menjalin kerja sama dengan perusahaan lokal untuk menciptakan peluang kerja? Contohnya di Asemrowo, program kerja sama dengan perusahaan sudah berjalan dan terbukti membantu.

"Surabaya ini punya banyak perusahaan besat. Camatnya jangan cuma jago rapat, tapi juga harus bisa lobi-lobi buat warga!" tegasnya.

Akhir Kata: Jangan Jadi Camat Mageran!

Intinya, Eri ingin camat lebih aktif turun ke lapangan, bukan sekadar duduk manis di kantor menunggu laporan datang.

"Kalau cuma jadi penerima laporan, enggak perlu camat, Google Form juga bisa!" ujarnya, membuat beberapa camat mungkin mulai berkeringat dingin.

Di akhir pertemuan, ia kembali menegaskan bahwa jabatan camat itu bukan buat gaya-gayaan. Kalau merasa tidak mampu menyelesaikan masalah warga, opsi terbaiknya ya mundur dengan elegan.

"Saya butuh pemimpin yang sigap, bukan yang hanya pintar menyusun laporan tapi kagok pas diajak ngobrol warga di warung kopi," pungkasnya. (RD)

Editor : Redaksi

Liputan
Berita Populer
Berita Terbaru